Total Tayangan Halaman

Entri Populer

Powered By Blogger

mewah

mewah

Rabu, 29 Desember 2010

makalah

 


 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita sangat bervariasi bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang merupakan ruang lingkup dari semantik.
Para peneliti semantik mencatat bahwa leksem dalam suatu leksikon tidak berdiri sendiri akan tetapi, laksem tersebut ada dalam relasi dengan laksem-laksem lain. Leksikon dianggap sebagai suatu sistem yang terjadi dari banayak subsistem. Dalam setiap subsistem tersebut, laksem dihubungkan satu sama lain dengan relasi makna. Salah satu yang kurang disadari oleh banyak orang adalah bahwa relasi makana itu merupakan refleksi konsep yang disimpan oleh penutur bahasa dalam sistem sarafnya. Penyadaran akan peran relasi makna merupakan upaya memperkaya konsep (Kridalaksana, 1988).
Selanjutnya, Kridalaksana (1998) mengemukakan bahwa relasi-relasi makna dalam suatu bahasa ada yang bersifat sintagmatis dan ada yang bersifat paaradigmatis. Relasi makana yang bersifat sintagmaatis adalah kolokasi, biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa akata di dalam lingkungan yang sama. Misalnya, kalau orang mengatakan garam, gula, sayur, tomat, merica, adalah kata-kata yang berhubungan dengan lingkungan dapur. Sedangkan relasi makna yang bersifat paradignatis adalah sinonimi, antonimi. Lyons (1995) mengemukakan bahwa hubungan paradigmatis merupakan hubungan yang ada atau tidak ada di antara unsur yang terdapat dalam konteks yang sama dalam tipe kalimat yang sama.
Chaer (1997: 23) mengemukakan bahwa relasi makna atau hubungan makna adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa (frase, klausa, kalimat) dengan kata atau satuan bahasa lainnya termasuk bahasa Indonesia. Hubungan ini dapat berupa kesmaan makna (sinonimi) kebalikan makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi), kelainan makna (homonimi), ketercakupan makna (hiponimi), dan ambiguitas.
Adanya fenomena tersebut, maka perlu dilakukan suatu pengkajian mengenai relasi-relasi makna agar dapat diperoleh dan diketahui berbagai hubungan (relasi) makna dengan kata lainnya. Dengan pemahaman terhadap berbagai relasi-relasi makna, maka dalam menyampaikan suatu informasi kepada lawan tutur dapat menggunakan dengan tepat serta sesuai dengan keadaan. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik ingin meneliti tentang “Relasi-relasi makna dalam bahasa Indonesia”.
Ada beberapa relasi makna menurut Hurford dan Heasly (dalam Ba’dulu, 2001: 20) yakni mencakup: (1) sinonimi; (2) parafrase; (3) hiponimi; (4) entailment; (5) antonimi; (6) ambiguitas; (7) homonimi; dan (8) polisemi. Pada penelitian ini fokus permasalahan hanya pada persoalan antonimi.

Selasa, 07 Desember 2010

gigi rusak akibat

gambar bagian gigi manusia

a.anatomi
Dental anatomy is a field of anatomy dedicated to the study of tooth structure. The development, appearance, and classification of teeth fall within its field of study, though dental occlusion, or contact among teeth, does not. Dental anatomy is also a taxonomic science as it is concerned with the naming of teeth and their structures. This information serves a practical purpose for dentists, enabling them to easily identify teeth and structures during treatment.
The anatomic crown of a tooth is the area covered in enamel above the cementoenamel junction (CEJ).[3] The majority of the crow
Dental anatomy is a field of anatomy dedicated to the study of tooth structure. The development, appearance, and classification of teeth fall within its field of study, though dental occlusion, or contact among teeth, does not. Dental anatomy is also a taxonomic science as it is concerned with the naming of teeth and their structures. This information serves a practical purpose for dentists, enabling them to easily identify teeth and structures during treatment.
The anatomic crown of a tooth is the area covered in enamel above the cementoenamel junction (CEJ).[3] The majority of the crown is composed of dentin with the pulp chamber in the center.[4] The crown is within bone before eruption.[5] After eruption, it is almost always visible. The anatomic root is found below the cementoenamel junction and is covered with cementum. As with the crown, dentin composes most of the root, which normally have pulp canals. A tooth may have multiple roots or just one root (single-rooted teeth). Canines and most premolars, except for maxillary (upper) first premolars, usually have one root. Maxillary first premolars and mandibular molars usually have two roots. Maxillary molars usually have three roots. Additional roots are referred to as supernumerary roots.n is composed of dentin with the pulp chamber in the center.[4] The crown is within bone before eruption.[5] After eruption, it is almost always visible. The anatomic root is found below the cementoenamel junction and is covered with cementum. As with the crown, dentin composes most of the root, which normally have pulp canals. A tooth may have multiple roots or just one root (single-rooted teeth). Canines and most premolars, except for maxillary (upper) first premolars, usually have one root. Maxillary first premolars and mandibular molars usually have two roots. Maxillary molars usually have three roots. Additional roots are referred to as supernumerary roots.
b.part
Humans usually have 20 primary teeth (also called deciduous, baby, or milk teeth) and 32 permanent teeth. Among primary teeth, ten are found in the (upper) maxilla and the other ten in the (lower) mandible. Teeth are classified as incisors, canines, and molars. In the primary set of teeth, there are two types of incisors, centrals and laterals, and two types of molars, first and second. All primary teeth are replaced with permanent counterparts except for molars, which are replaced by permanent premolars. Among permanent teeth, 16 are found in the maxilla with the other 16 in the mandible. The maxillary teeth are the maxillary central incisor, maxillary lateral incisor, maxillary canine, maxillary first premolar, maxillary second premolar, maxillary first molar, maxillary second molar, and maxillary third molar. The mandibular teeth are the mandibular central incisor, mandibular lateral incisor, mandibular canine, mandibular first premolar, mandibular second premolar, mandibular first molar, mandibular second molar, and mandibular third molar. Third molars are commonly called "wisdom teeth" and may never erupt into the mouth or form at all. If any additional teeth form, for example, fourth and fifth molars, which are rare, they are referred to as supernumerary teeth.[6]
Most teeth have identifiable features that distinguish them from others. There are several different notation systems to refer to a specific tooth. The three most common systems are the FDI World Dental Federation notation, the universal numbering system, and Palmer notation method. The FDI system is used worldwide, and the universal is used widely in the United States.
The bottom teeth are used more for the grinding of food and the top front teeth are mainly used for biting.

Rabu, 01 Desember 2010

personal letter

Personal Letter
Dear miss yoga
Hello miss……………….
How are you today?????????????i hope  fine
I would to share my problem with you.
My name is Raya Angelina G
Miss,,I had been five semester.
And will PPL and KKN in senior high school.i am afraid and nervous because I haven’t ability to teaching them.In other hand ,I would gratuaded in 2012 year,but I fall my value not enough take skripsi.
What should I do???
Help me ,miss ???????
Give me solution to escape for this condition.Thanks for your attention,see you tomorrow
                                                                                                                                                                LOVE

                                                                                                                                                RAYA ANGELINA G
                                                                                                                                                                VE

Senin, 29 November 2010

http://www.gadget.com/2010/11/29/tabletop-photo-studio/

http://www.gadget.com/2010/11/29/tabletop-photo-studio/

makalah perkembangan peserta didik


BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku J.P. Chaplin, 1979) psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik setiap fase-fase perkembangan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk mengetahui karakteristik perkembangan fase remaja, hal-hal apa saja yang mempengaruhi psikologi perkembangan pada fase remaja, serta problematika pacaran pada masa remaja, maka dengan ini penulis mengambil judul REMAJA DAN PACARAN
untuk makalah ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mandiri yang diberikan oleh dosen mata kuliah  perkembangan peserta didik serta bertujuan untuk memenuhi atau menjawab rasa penasaran yang begitu kuat untuk mengetahui lebih dalam tentang remaja and pacaran.
2.Batasan Masalah
Psikologi perkembangan adalah ilmu yang luas yang saling berkesinambungan antara setiap fase-fase perkembangan agar masalah penelitian leih terfokus kepada tujuan penelitian dan tidak terlalu luas, maka dengan ini penulis membatasi masalah penelitian hanya pada ruang lingkup Remaja dan pacaran saja.

3.Identifikasi Masalah
Dalam hal ini penulis mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1.Pengertian psikologi perkembangan
2.Karakteristik perkembangan fase remaja
3.Pembahasan atau analisis data yang diperoleh tentang pacaran.

4.Metode Penelitian
Pada makalah ini penulis menggunakan metode deskripsi untuk menggambarkan masalah penelitian. Adapun azas teknik pengumpulan data yang
dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
1.Penelitian lapangan, merupakan penelitian dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dari objek penelitian, hal ini dilakukan dengan cara membagikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang masalah penelitian.
2.Penelitian kepustakaan atau library research yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
3.Metode analisa kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan cara menganalisa data dengan menggunakan uraian-uraian angka atau kalimat yang berdasarkan teori disertai dengan penjelasan dalam pemecahan masalah yang dapat melengkapi kesimpulan yang diharapkan.
BAB II
LANDASAN TEORI

1.Pengertian psikologi perkembangan dan makna remaja
a.Pengertian psikologi perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku. ( J.P. Chaplin, 1979 ).
Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati. ( Ross Vasta. dkk, 1992 ).
b.Makna remaja
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, Remaja harapan dan tantangan: 8).
Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa. Masa remaja merupakan masa dimana timbulnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fakir menjadi matang. Namun masa remaja penuh dengan berbagai perasaan yang tidak menentu, cemas dan bimbang, dimana berkecambuk harapan dan tantangan, kesenangan dan kesengsaraan, semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang berat, menuju hari depan dan dewasa yang matang.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan uang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi

.          

Menurut Konpka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi :
(a) remaja awal: 12-15 tahun;
(b) remaja madya: 15-18 tahun;
 (c) remaja akhir: 19-22 tahun.
 Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai “Strom dan Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976).
2.Ciri-Ciri Masa Remaja
1.Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke      peralihan masa dewasa.
2.Masa remaja sebagai periode perubahan.
3.Masa remaja sebagai usia bermasalah.
4.Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
5.Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
6.Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
7.Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya.

3.Alasan-Alasan Yang Umum Untuk Berpacaran Selama Masa Remaja
1.Hiburan
Apabila berkencan dimaksudkan untuk hiburan, remaja menginginkan agar pasanganya mempunyai berbagai keterampilan sosial yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik hati dan menyenangkan
2.Sosialisasi
Kalau anggota kelompok sebaya membagi diri dalam pasangan-pasangan kencan, maka laki-laki dan perempuan harus berkencan apabila masih ingin menjadi anggota kelompok dan mengikuti berbagai kegiatan sosial kelompok
3.Status
Berkencan bagi laki-laki dan perempuan, terutama dalam bentuk berpasangan tetap, memberikan status dalam kelompok sebaya, berkencan dalam kondisi demikian merupakan batu loncatan ke status yang lebih tinggi dalam kelompok sebaya.


4.Masa Pacaran
Dalam pola pacaran, berkencan berperan penting karena remaja jatuh cinta dan berharap serta merencanakan perkawinan, ia sendiri harus memikirkan Sungguh-sungguh masalah keserasian pasangan kencan sebagai teman hidup.
5.Pemilihan Teman Hidup
Banyak remaja yang bermaksud cepat menikahi memandang kencan sebagai cara percobaan atau usaha untuk mendapatkan teman hidup.

4.Kebutuhan Remaja
1.Kebutuhan akan pengendalian diri
2.Kebutuhan akan kebebasan
3.Kebutuhan akan rasa kekeluargaan
4.Kebutuhan akan penerimaan sosial
5.Kebutuhan akan penyesuaian diri
6.Kebutuhan akan agama dan nilai-nilai sosial

5.Berbagai konflik yang dialami oleh remaja
1.Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka
2.Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan ketergantungan kepada orang tua.
3.Konflik antara kebutuhan seks dan kebutuhan agama serta nilai sosial.
4.Konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja ketika ia kecil dulu dengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
5.Konflik menghadapi masa depan.

6.Tugas-tugas perkembangan remaja
William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut :
a.Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b.Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mencapai otoritas.
c.Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individu maupun kelompok.
d.Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e.Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
f.Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai. Prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung).
g.Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kenak-kanakan.

7.Masa-Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut.
1)Masa praremaja (remaja awal)
Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negative pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negative dengan gejalanya seperti tidak senang, kurang suka bekerja, pesimisitik, dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat negative tersebut dapat diringkas, yaitu a) negative dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental; dan b) negative dalam sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari masyarakat (negative positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negative aktif).
2)Masa remaja (remaja madya)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorong untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang menilai, pantas dijunjung tinggi dan di puja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai dewa remaja.
Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat di pandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah pertama, karena tiadanya pedoman, si remaja pedoman, si remaja merindukan sesuatu bayang dianggap bernilai, pantas dipuja walau pun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya. Kedua objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (jadi personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya dalam khayalan.
3)Masa remaja akhir
Setelah remaja telah ditentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup masuklah individu ke dalam masa dewasa.
4)Masa Usia Kemahasiswaan
Masa usia mahasiswa sebenarnya berumur sekitar 18,0 sampai 25,0 tahun. Mereka dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya. Dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.

8.Karakteristik Perkembangan Remaja
Seiring perkembangan dan pertumbuhan fisik, terjadi pula perubahan dan perkembangan di dalam tubuhnya. Kelenjar kanak-kanaknya telah berakhir, berganti dengan kelenjar endokrin yang memproduksi hormon, sehingga menggalakan Pertumbuhan organ seks yang tumbuh menuju kesempurnaan.
Organ seks menjadi besar disertai dengan kemampuannya untuk melaksanakan fungsinya. Pada remaja putri terjadi pembesaran payudara dan pembesaran pinggul. Di samping itu meningkat pula dengan cepat berat dan tinggi badan. Sedangkan pada remaja pria mulai kelihatan (membesar) jakun di lehernya dan suara menjadi sengau / besar. Di samping itu bahunya bertambah lebar dan mulai tumbuh bulu di ketika dan di atas bibir atasnya (kumis). Satu tanda Kematangan seksual dengan jelas pada remaja putri tetapi hanya diketahui oleh yang bersangkutan saja, yaitu terjadinya datang bulan / haid dan pada remaja putera mimpi basah. Tanda-tanda permulaan Kematangan seksual tidak berarti bahwa secara langsung terjadi kemampuan reproduksi.

9.Penyimpangan atau Kenakalan Remaja
1.Seks bebas di kalangan remaja, yang bisa menyebabkan terjangkitnya penyakit AIDS.
2.Kecanduan akan Narkoba yang menyebakan kematian dan AIDS
3.Kecanduan Alkohol / minuman keras.
4.Tawuran.
5.Sering berkunjung ke diskotik.
6.Menjajakan diri kepada pria hidung belang.

10.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Pada Remaja
1.Kelalaian orangtua dalam mendidik anak (memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai-nilai agama).
2.Sikap perilaku orangtua yang buruk terhadap anak.
3.Kehidupan ekonomi keluarga yang morat marit (miskin/fakir).
4.Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas.
5.Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok.
6.Beredarnya film-film atau bacaan-bacaan porno.
7.Perselisihan atau konflik orangtua (antar anggota keluarga).
8.Perceraian orangtua.
9.Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol.
10.Hidup menganggur.
11.Kurang dapat memanfaatkan waktu luang.
12.Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai-nilai moral).













BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam ajaran Islam sesungguhnya istilah pacaran itu tidak ada, yang ada hanyalah istilah ta’aruf yaitu perkenalan antara calon istri dan calon suami. Tetapi mungkin disebabkan oleh semakin berkembangnya teknologi sehingga pergaulan semakin luas dan berkembang sehingga banyak orang yang setuju dengan pacaran. Hal ini juga mungkin disebabkan karena Indonesia bukan negara Islam, sehingga peraturan / hukum-hukum islam di Indonesia tidak begitu kuat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tidak seperti di negara Islam lainnya seperti Arab Saudi. Serta tuntutan dan perkembangan zaman yang membuat sistem /cara didik dan pergaulan pada zaman “Siti Nurbaya” tidak bisa diterapkan lagi dalam kehidupan zaman sekarang.
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan cara membagikan angkat yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang masalah penelitian kepada 50 responden, dapat disimpulkan bahwa :
1.Sebagian besar responden menyatakan setuju hingga pacaran.
2.Sebagian besar responden menyatakan pernah mempunyai pacar atau berpacaran.
3.Sebagian besar responden menyatakan sedang tak mempunyai pacar saat ini (periode 2008).
4.Sebagian besar responden menyatakan pertama kali mempunyai pacar pada usia < 17 tahun. Hal ini sangat beresiko sekali, karena umur <17 tahun adalah umur yang sangat rentan dan labil terjerumus ke dalam hal-hal yang sifatnya negatif serta masih kurangnya daya kontrol untuk mengontrol diri, emosi nafsunya.

B.Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 50 responden, penulis menyadari bahwa ada perbedaan prinsip hidup, penulis sangat menghargai kepada mahasiswa atau responden yang menyatakan tak setuju hingga pacaran dan yang menyatakan setuju hingga pacaran. Maka dengan ini, penulis ingin memberikan saran-saran kepada pembaca yang mungkin bisa bermanfaat, diantaranya:
1.Bagi responden mahasiswa yang menyatakan tak setuju hingga pacaran, dapat melakukan ta’aruf kepada calon suami atau istri.
2.Bagi responden atau mahasiswa yang menyatakan setuju hingga pacaran diharapkan agar bisa menjaga kelancaran kuliahnya, jadikan pacaran sebagai motivasi atau penyemangat untuk berprestasi dalam bidang pendidikan.
3.Jadikan agama dan keimanan sebagai alat untuk membatasi atau mengontrol diri dalam berpacaran agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas atau seks bebas.
4.Bagi mempunyai pacar diharapkan untuk bisa menjaga diri, kehormatan kesucian dan nama baik dirinya sendiri, keluarga, agama, almamater dan daerah asalnya serta bangsanya.




IV.DAFTAR PUSTAKA
Darajat Zakiah, 1995, Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
B. Hur lock Elizabeth, 1999, Psikologis Perkembangan, Jakarta: Erlangga
Syamsu Yusuf, 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

makalah semantic


CHAPTER I
THE MEANING OF SEMANTIC
A.THE MEANING  OF LANGUAGE
Language is a subtle and complex instrument used to communicate an incredible number of different things, but for our purposes here we can reduce the universe of communication to four basic categories: information, direction, emotion, and ceremony. The first two are often treated together because they express cognitive meaning while the latter two commonly express emotional meaning.
The communication of information may be the most frequently thought-of use of language, but it probably isn’t as dominant as most believe. The basic means of conveying information is through statements or propositions (a proposition is any declaration that asserts some matter of fact, as opposed to an opinion or value) — the building blocks of arguments. Some of the “information” here might not be true because not all arguments are valid; however, for the purposes of studying logic, information being conveyed in a statement may be either false or true.
Finally, language may be used to communicate feelings and emotions. Such expressions may or may not be intended to evoke reactions in others, but when emotional language occurs in an argument the purpose is to evoke similar feelings in others in order to sway them to agreeing with the argument’s conclusion(s).
B.THE FUNCTION OF LANGUAGE
The functions of language distinguishes six elements, or factors of communication, that are necessary for communication to occur: (1) context, (2) addresser (sender), (3) addressee (receiver), (4) contact, (5) common code and (6) me ssage.
C.DIFFERENT BETWEEN THE  HUMAN AND THE ANIMAL SOUND
As we have seen, human language has a very different design. The discrete combinatorial system called "grammar" makes human language infinite (there is no limit to the number of complex words or sentence in a language), digital (this infinity is achieved by rearranging discrete elements in particular orders and combinations, not by varying some signal along a continuum like the mercury in a thermometer), and compositional (each of the finite combinations has a different meaning predictable from the meanings of its parts and the rules and principles arranging them). (Pinker, p. 342)
This difference between human and nonhuman communication is also reflected in the role that different parts of the brain plays in language as opposed to other forms of vocalization.
It seems clear that we are unlikely to ever fully communicate with other species the way we do with each other. But the inability of other animals to speak the way we do is no more a sign of their evolutionary backwardness than our nose's lack of versatility compared to the elephant's trunk, or our inability to use our hands to fly the way bats can, are signs that we are evolutionarily inferior compared to them.

CHAPTER II
THE SUB FIELD OF LINGUISTICS
A.Semantics
In English, the word semantic means "of or relating to meaning." In the science of linguistics, semantics is more explicit: It's the study of meaning based on the historical and psychological significance of words and terms. While the academic study of markup vocabularies can be thought of as a form of linguistics, the real-world practice of marking up documents semantically follows the first definition; in markup, semantics is concerned with the meaning of an element, and how that element describes the content it contains. This issue was always meant to be part of HTML, but the hacking of HTML for presentational purposes made short order of any semblance of semantic purity within the language.
B. PHONOLOGY
Phonology is the study of the sound system of languages. It is a huge area of language theory and it is difficult to do more on a general language course than have an outline knowledge of what it includes. In an exam, you may be asked to comment on a text that you are seeing for the first time in terms of various language descriptions, of which phonology may be one. At one extreme, phonology is concerned with anatomy and physiology - the organs of speech and how we learn to use them. At another extreme, phonology shades into socio-linguistics as we consider social attitudes to features of sound such as accent and intonation. And part of the subject is concerned with finding objective standard ways of recording speech, and representing this symbolically.
C.MORPHOLOGY
Morphology is the study of morphemes, obviously.  Morphemes are words, word stems, and affixes, basically the unit of language one up from phonemes. Although they are often understood as units of meaning, they are usually considered a part of a language's syntax or grammar.  It is specifically grammatical morphemes that this chapter will focus on.
D. SYNTAX
Syntax is the study of the principles and rules for constructing sentences in natural languages or the study of the rules that govern the ways in which words combine to form phrases, clauses, and sentences. Syntax is one of the major components of grammar.
E. PRAGMATICS
Pragmatics is the study of the aspects of meaning and language use that are dependent on the speaker, the addressee and other features of the context of utterance, such as the following:
The effect that the following have on the speaker’s choice of expression and the addressee’s interpretation of an utterance:
o    Context of utterance
o    Generally observed principles of communication
o    The goals of the speaker
·         Programmatic concerns, such as
o    the treatment of given versus new information, including presupposition
o    speech acts, especially illocutionary acts
o    implicature, and
o    the relations of meaning or function between portions of discourse (see interpropositional relation) or turns of conversation (see conversation analysis)
CHAPTER III
THE KINDS OF MEANING  SEMANTICS
A. Lexical meaning
  Lexical is the meaning compatible with dictionary. It need to know that dictionaries which not actually so to exist the other means not lexical like figurative meaning.
Example:
I walked five kilos yesterday, and now my legs ache
The ache in my foot prevented me from running fast
B. Grammatical
 A grammatical process will happen after covering grammatical process.
Example :
               Clouth – using a clouth
                 Horse – Riding a horse
                  mis + understand + ing
                 misunderstanding
                 copy + able
                 copable
C. Contextual meaning
 Contextual meaning is word avaible in the one context.
Example :
                  My brother felt by bike
               She have fallen in the examination
                He felt falling in love to my sister
 If price had fallen we would have become bankrupt
D. Referencial and Non referencial meaning
The words have meaning is called referencial and haven’t meaning is called non referencial. The words like horse, red, and picture (referencial) on the contrary and, or, but and because (non referencial).
Deictic word is the words included pronoun like she/he, you, and I. the words explain to room like here, there, those, adverb of time like now, tomorrow, yesterday. The words called indicator like this and those.
 Example :
A word I statement belong to reference it’s not same :
“I met with Mr Ahmad” Ani said Ali
E. Conceptual and Association meaning
Conceptual is the meaning of meaning by words have been free from the contex or association and association is the meaning of meaning by word agree to there is relation of word with there is something outside.
Conceptual meaning : horse is kind of animal and has four legs
                       horse is the habitually of human.
Association  meaning: Red : kind of colour
                                Brave
                                Corrupt
White : kind of colour
                                   Sacred
                                   Clean
  Crocodile : kind of animal
                                         Wicked
                                          Crime
F. Denotative and connotative meaning
 Denotative meaning is the orginal of meaning or the thruth of meaning so denotative meaning same with lexical meaning. Connotative meaning is the other of meaning “additional” to denotative meaning. Example :
Pig : kind of animal
Group of people : group of people that gather be once of group.
G. Word and Term
  Word is lexical meaning, denotative meaning, and conceptual meaning. Term is the thurth of meaning, clean it’s not hurry although without context.  Example :
Word : Match
            Pig
            Phiyzic
Term : Linguistics
            Integral
            IHSG
           Manufacture
CHAPTER IV
1.SEMANTICS RELATION   
A. Synonym
 Synonym is the same of words have the same of meaning. Example :
Able – Capable (Mampu)
I shall be able to help when I get money
She is capable of teaching English to young children
Beautiful – Pretty (Cantik, Indah)
She is a beautiful girl
Fitri has a pretty face
B. Antonym
 Antonym is the pair of words have different meaning. Example:
Awake (Bangun) <> Asleep (Tidur)
I awake at three everymorning
He is asleeping soundly
Begin (Mulai) <> Finish (Selesai)