Total Tayangan Halaman

Entri Populer

Powered By Blogger

mewah

mewah

Rabu, 29 Desember 2010

makalah

 


 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita sangat bervariasi bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang merupakan ruang lingkup dari semantik.
Para peneliti semantik mencatat bahwa leksem dalam suatu leksikon tidak berdiri sendiri akan tetapi, laksem tersebut ada dalam relasi dengan laksem-laksem lain. Leksikon dianggap sebagai suatu sistem yang terjadi dari banayak subsistem. Dalam setiap subsistem tersebut, laksem dihubungkan satu sama lain dengan relasi makna. Salah satu yang kurang disadari oleh banyak orang adalah bahwa relasi makana itu merupakan refleksi konsep yang disimpan oleh penutur bahasa dalam sistem sarafnya. Penyadaran akan peran relasi makna merupakan upaya memperkaya konsep (Kridalaksana, 1988).
Selanjutnya, Kridalaksana (1998) mengemukakan bahwa relasi-relasi makna dalam suatu bahasa ada yang bersifat sintagmatis dan ada yang bersifat paaradigmatis. Relasi makana yang bersifat sintagmaatis adalah kolokasi, biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa akata di dalam lingkungan yang sama. Misalnya, kalau orang mengatakan garam, gula, sayur, tomat, merica, adalah kata-kata yang berhubungan dengan lingkungan dapur. Sedangkan relasi makna yang bersifat paradignatis adalah sinonimi, antonimi. Lyons (1995) mengemukakan bahwa hubungan paradigmatis merupakan hubungan yang ada atau tidak ada di antara unsur yang terdapat dalam konteks yang sama dalam tipe kalimat yang sama.
Chaer (1997: 23) mengemukakan bahwa relasi makna atau hubungan makna adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa (frase, klausa, kalimat) dengan kata atau satuan bahasa lainnya termasuk bahasa Indonesia. Hubungan ini dapat berupa kesmaan makna (sinonimi) kebalikan makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi), kelainan makna (homonimi), ketercakupan makna (hiponimi), dan ambiguitas.
Adanya fenomena tersebut, maka perlu dilakukan suatu pengkajian mengenai relasi-relasi makna agar dapat diperoleh dan diketahui berbagai hubungan (relasi) makna dengan kata lainnya. Dengan pemahaman terhadap berbagai relasi-relasi makna, maka dalam menyampaikan suatu informasi kepada lawan tutur dapat menggunakan dengan tepat serta sesuai dengan keadaan. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik ingin meneliti tentang “Relasi-relasi makna dalam bahasa Indonesia”.
Ada beberapa relasi makna menurut Hurford dan Heasly (dalam Ba’dulu, 2001: 20) yakni mencakup: (1) sinonimi; (2) parafrase; (3) hiponimi; (4) entailment; (5) antonimi; (6) ambiguitas; (7) homonimi; dan (8) polisemi. Pada penelitian ini fokus permasalahan hanya pada persoalan antonimi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar